Kuningan - Di tengah hiruk-pikuk digitalisasi, puluhan operator EMIS Diniyah Kecamatan Cipicung diberikan Pendampingan dan Advokasi dari DPC FKDT Kuningan. Mereka bukan sekadar menghadiri pelatihan, melainkan menjadi bagian dari revolusi pejuang data. Acara yang dikemas dalam bentuk coaching clinic ini bukan hanya sekadar teknis, melainkan sebuah narasi baru tentang bagaimana dunia Diniyah dan teknologi dapat berkolaborasi, mendobrak sekat-sekat konvensional.
Tak ada lagi kesan kaku dan formal. Suasana di aula MDTU At-Taqwa Desa Muncangela Sabtu,(06/09). Para operator yang rata-rata adalah ustadz, terlihat antusias. Mereka berdiskusi, berbagi pengalaman, dan memecahkan masalah bersama di bawah bimbingan para fasilitator ahli dari FKDT Kuningan. Ini bukan sekadar pelatihan satu arah, melainkan sebuah ruang kolaborasi.
"EMIS Diniyah bukan hanya tentang angka-angka di layar komputer, ujar Saepudin, S.Pd Ketua DPAC FKDT Cipicung dalam sambutannya. "Ini adalah pondasi kita untuk membangun data yang akurat dan terintegrasi. Data ini akan menjadi cerminan nyata dari kekuatan pendidikan diniyah di Kec.Cipicung. Melalui data yang valid, kita bisa mengawal kebijakan yang tepat sasaran, memastikan bantuan dan program pemerintah sampai ke tangan yang berhak."
Sesi demi sesi berjalan dengan dinamis. Para peserta belajar bagaimana mengoptimalkan aplikasi EMIS Diniyah, mengatasi kendala teknis, dan memahami pentingnya validasi data. Bukan hanya itu, mereka juga diajak untuk melihat gambaran besar: bagaimana data yang mereka input hari ini dapat memengaruhi masa depan pendidikan diniyah, mulai dari alokasi anggaran, peningkatan mutu pengajaran.
Coaching clinic EMIS ini menunjukkan komitmen kuat dari DPAC FKDT Cipicung untuk merangkul dunia digital. Mereka menyadari bahwa di era serba cepat ini, data adalah "mata uang" yang paling berharga. Dan kini, para operator EMIS Diniyah adalah "penjaga" mata uang tersebut. Mereka adalah garda terdepan yang memastikan bahwa setiap santri, setiap guru, dan setiap Diniyah Takmiliyah tercatat dengan benar, menjembatani dunia pendidikan tradisional dengan era digital yang tak terhindarkan.
"Ini pengalaman yang luar biasa," tutur Juju Juniati, seorang operator EMIS dari MDTU At-Taqwa. "Kami tidak lagi merasa sendirian. Kami tahu ada komunitas yang siap membantu. Pelatihan ini membuat kami lebih percaya diri dan sadar bahwa tugas kami ini sangat penting."
Acara ini bukan akhir, melainkan awal. Ini adalah langkah pertama menuju ekosistem pendidikan diniyah yang terintegrasi, transparan, dan akuntabel. Coaching clinic EMIS Diniyah telah membuktikan bahwa teknologi dapat menjadi sahabat terbaik pendidikan tradisional. Ia tak hanya membantu mengelola data, tetapi juga merajut asa dan membuka peluang baru bagi masa depan pendidikan Islam di Indonesia.
Sulaeman
Tags
umum