Menghidupkan Kembali Aksara Pegon: Pelatihan Baca Kitab Klasik Sapinatun Naja Bangkitkan Tradisi Leluhur Nusantara


FKDT Kuningan, 23 Agustus 2025 — Di tengah derasnya arus digitalisasi dan modernisasi pendidikan, sebanyak puluhan Guru Diniyah Se-Kecamatan Kuningan berkumpul di Aula Eye Center Kuningan. Mereka bukan sekadar belajar membaca. Mereka sedang menghidupkan kembali warisan besar Nusantara: aksara Pegon dan kitab klasik Sapinatun Naja.

Pelatihan membaca Sapinatun Naja beraksara Arab Pegon ini menjadi oase intelektual yang langka. Diselenggarakan oleh DPAC FKDT Kecamatan Kuningan secara Daring dan Luring, kegiatan ini berhasil menarik minat dari berbagai kalangan, mulai dari santri Diniyah, guru madrasah Diniyah, hingga generasi muda yang penasaran dengan akar tradisi tulis Islam.

“Pegon bukan sekadar tulisan, ia adalah jembatan antara dunia pesantren dan budaya lokal, Dalam hal ini Guru Diniyah harus konsisten dalam mempelajarinya” ujar KH. Ahmad Mutohar,M.M, pengasuh pesantren Darun Nahdloh Susukan Lebak Cirebon yang menjadi Narasumber.

Kitab Kecil, Makna Mendalam
Sapinatun Naja, kitab ringkas nan padat karya ulama Nusantara, berisi panduan ringkas akidah dan adab yang dahulu menjadi bacaan wajib para santri pemula.

Ditulis dalam bahasa Indonesia beraksara Arab Pegon, kitab ini menjadi simbol kedalaman pemikiran yang disampaikan dengan cara membumi.

Dalam pelatihan ini, peserta tidak hanya diajak membaca teks, tetapi juga memahami konteks sejarah, struktur bahasa Pegon, hingga makna filosofis yang terkandung di dalamnya.

“Saya baru tahu ternyata banyak nilai luhur dalam kitab ini yang masih sangat relevan, apalagi soal etika dan kesederhanaan,” ungkap Rina, Guru MDTU AR-ROOFIU Ciawigebang yang mengikuti pelatihan dengan penuh antusias.

Anang Sutisna,M.Pd koordinator bidang SDM DPC FKDT Kuningan kala di konfirmasi awak media saat pelatihan Menjelaskan "Kegiatan ini menjadi upaya serius melestarikan khazanah literasi Islam Nusantara. Menjaga Warisan, Menyulam Masa Depan dan bukan hanya sekadar pelatihan baca kitab, Aksara Pegon, yang dahulu menjadi media utama dakwah dan pendidikan Islam, yang kini mulai tergerus zaman. Pelatihan semacam ini menjadi benteng terakhir untuk menjaga warisan yang nyaris dilupakan".Ujarnya

Dalam sesi akhir pelatihan, para peserta diminta menulis ulang satu bagian dari Sapinatun Naja dalam tulisan tangan merek sebuah simbolisasi bahwa warisan tak hanya untuk dikenang, tapi juga untuk diteruskan.
“Ini bukan sekadar nostalgia. Ini jihad literasi,” tutup  dengan mata berkaca-kaca.

Sulaeman
Previous Post Next Post

Contact Form